7 Jurus Jitu Agar Cepat Selesai Kuliah
Ditulis Oleh Miswanto (Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Raden Fatah Palembang).
Foto Bersama Acara Seminar Pra Muktamar VI ICMI Orwil Sumsel 2015
Membangun Indonesia Bermartabat.
Pelantikan Himpunan Pelajar Mahasiswa Musi Rawas Lubuklinggau (HPMML)
Pelantikan HPMML oleh Bupati Musi Rawas H. Ridwan Mukti Berlangsung hikmad. Acara diadakan di Aula Ushuludin UIN Raden Fatah Palembang
Pendidikan Gratis Vs Pendidikan Berkualitas
Wacana Tentang Kuliah Gratis Di Sumatera Selatan.
Pemaparan Makalah Oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin
Pendidikan Islam Dalam Konteks Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Minggu, 29 November 2015
Contoh RPP 2013 Sederhana
10.18
No comments
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Riyadhus Sholihin
Mata Pelajaran
: FIQIH
Kelas/ Semester
: X (Sepuluh) / Ganjil
Materi Pokok : Pengurusan Jenazah
A.
Kompetensi Inti
KI-1
:
Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2
:
Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong
, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif serta menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sossial dan alam, serta dapat menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan.
KI-3
:
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni,
budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan.
KI-4
:
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
1.
|
1.1
Meyakini syariat Islam tentang kewajiban penyelenggaraan jenazah
2.1
Memiliki rasa tanggung jawab melalui materi penyelenggaraan jenazah
3.1
Menjelaskan tata cara pengurusan jenazah dan hikmahnya
4.1
Memperagakan tata cara penyelenggaraan jenazah
|
1.3 Menjelaskan
kewajiban umat Islam terhadap orang yang meninggal
2.3 Menjelaskan
tata cara memandikan jenazah
3.3 Menjelaskan
tata cara mengafani jenazah
4.3 Menjelaskan
tata cara mensholati jenazah
5.3 Menjelaskan
tata cara menguburkan jenazah
1.4 Mempraktikkan
pengurusan jenazah
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mengamati, menanya, mengeksplorasi dan mengkomunikasikan peserta didik mampu :
1. Menjelaskan
kewajiban umat Islam terhadap orang yang meninggal dengan benar
2. Menjelaskan
tata cara memandikan jenazah dengan benar
3. Menjelaskan
tata cara mengafani jenazah dengan benar
4. Menjelaskan
tata cara mensholati jenazah dengan benar
5. Menjelaskan
tata cara menguburkan jenazah dengan benar
6. Memperagakan
tata cara pengurusan jenazah dengan baik dan benar
D.
Materi
Pembelajaran
1.
Sakaratul Maut
2.
Proses Pengurusan Jenazah
a. Memandikan
jenazah
b. Mengafani
jenazah
c. Mensholatkan
jenazah
d. Menguburkan
jenazah
E.
Metode
Pembelajaran
Ceramah, Diskusi, Tanya jawab, dan Metode Saintifik (Pendekatan Permasalahan,
Pendekatan Kontekstual, Pendekatan Kooperatif)
F.
Media,
Alat dan Sumber Pembelajaran
1.
Media & Alat Pembelajaran
a. Spidol
b. White
Board
c. Laptop
dan LCD Projector
2.
Sumber Belajar
a. M.
Rizal Qosim. 2009. Pengamalan Fiqih, Jilid 1 untuk kelas X Madrasah Aliyah.
Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
b. Kementrian
Agama. 2014. Buku Guru Fikih ; Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Kelas X.
Jakarta : Kementrian Agama
c. Buku
Pendidikan Agama Islam Kurikulum 2013
d. Buku
Referensi lain yang sesuai dengan materi yang diajarkan
e. Video
Panduan Pengurusan Jenazah.
G.
Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
|
Pendahuluan
a. Membuka
pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
b. Melakukan
control keadaan siswa dengan melaksanakan presensi siswa, kerapian berpakaian
dan posisi tempat duduk
c. Kepada
siswa guru memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Membuka
pertanyaan komunikatif untuk mengingatkan materi pelajaran sebelumnya
e. Guru
mempersiapkan media berbasis multimedia (audio visual)
|
15 Menit
|
2.
|
Kegiatan Inti
a. Mengamati
Ø Mengamati
gambar dan menyimak materi melalui media LCD Proyektor
Ø Mengamati
video tentang materi tata cara memandikan, mengkafani, mensholati dan
menguburkanjenazah
b. Menanya
Ø Memberikan
tanggapan hasil pegamatan video materi tentang memandikan, mengkafani, mensholati
dan menguburkan jenazah
Ø Melakukan
tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan
c. Eksplorasi/
Eksperimen
Ø Menggali
informasi dan contoh-contoh peristiwa (konteks di masyarakat dan
permasalahannya)
Ø Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan jawaban sesuai dengan tata
cara yang telah disampaikan
d. Mengasosiasi
Ø Merumuskan
hasil pemahaman setiap individu siswa dengan mendiskusikannya sesuai dengan
kelompok yang telah dibuat
Ø Memilah
dan membandingkan tata cara pelaksanaan yang terjadi di masyarakat
dengan tata cara pelaksanaan yang telah dijelaskan melalui tayangan video
e. Mengkomunikasikan
Ø Memaparkan
hasil rumusan dalam diskusi kelompok belajar secara bergantian di depan kelas
|
100 Menit
|
3.
|
Penutp
a. Guru
bersama peserta didik memberikan penguatan dan menyimpulkan materi
pembelajaran
b. Bersama
dengan peserta didik, guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan
c. Guru
memberikan tugas mandiri sebagai bahan evaluasi tiap individu
d. Menutup
kegiatan pembelajaran dengan berdo’a dan salam.
|
20 Menit
|
H.
Penilaian
Hasil Belajar
1.
Penilaian
Kognitif
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
1
|
Ibrahim
|
|
2
|
Kangguan
|
|
3
|
Madi
Apriadi
|
|
4
|
Musni
Efendi
|
|
5
|
M.
Nurudin
|
|
6
|
M.
Cetinkkaya
|
|
7
|
Nyayu
Muslihah
|
|
8
|
Nurdini
|
|
9
|
Nurhastin
|
|
10
|
Subli
Rais
|
|
11
|
Toriq
Alfarabi
|
|
Palembang, 26 Oktober 2015
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran
M.
Munir Fatoni, M.Pd.I Miswanto,
S.Pd.I
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT ILMU DAN PENIDIKAN
09.46
No comments
HUBUNGAN
ANTARA FILSAFAT ILMU DAN PENIDIKAN
Makalah ini
disusun sebagai Tugas Persentasi
pada Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan
Dosen
Pengampu : DR. Musun Hary, M.Ag
Disusun
oleh :
Miswanto
NIM.
1481004
PROGRAM
PASCASARJANA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa
ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu
dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang
digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi,
berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara
empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari
segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang
di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran
dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah
satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari
induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa
membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan
peningkatan hidup manusia.
B. HUBUNGAN
ANTARA FILSAFAT ILMU DAN PENIDIKAN
1. Filsafat
Ilmu
Istilah
filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik
perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa
Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia =
pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat
berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun
tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh.[1]
Ada beberbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie dalam Rizal Mustansyir dan
Misnal Munir, yaitu : Robert Ackerman, Filsafat
ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
yang dibandingkan dengan pendapat terdahulu yang telah terbukti. Lewis White Beck, Filsafat ilmu itu
mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba
menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Cornelius Benjamin, Filsafat ilmu
merupakan cabang pengetahuan filsafat yang menelaah sistematis mengenai sifat
dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual. May Brodbeck,Filsafat ilmu itu sebagai
analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan
mengenai landasan-landasan ilmu.[2]
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
filsafat ilmu merupakan suatu kerangka berfikir kritis dengan menggunakan
prosedur-prosedur ilmiah sehingga akan didapakan sifat sifat ilmu itu sendiri.
Dari keempat definisi tersebut memperlihatkan ruang
lingkup atau cakupan yang dibahas dalam filsafat ilmu meliputi antara lain :
komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu, sifat dasar ilmu pengetahuan,
metode ilmiah, praanggapan-praanggapan ilmiah, sikap etis dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Diantara faktor-faktor itu, yang paling banyak dibicarakan
terutama adalah sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah dan sikap etis
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Raghib
al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu
rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan
penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan
memberitakan wahyu dan nabi.[3]
Pada
dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek
formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya
adalah metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan
induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif.
Obyek subtantif terdiri dari dua
hal yaitu fakta dan kebenaran:
1)
Fakta (Kenyataan)
Yaitu
empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini
ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda,
diantaranya adalah positivisme, ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan
sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual
satu dengan yang sensual lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif
tidak boleh masuk subyektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada
phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah
dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.
Tetapi
subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini
dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada
kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain.
Mataphisik
sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang obyektif
universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran
obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin
memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai
hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema
rasional dan paradigma rasional penting.
Empiri
yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif
universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu
dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya
dianggap tidak ada
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.
2)
Kebenaran
Positivisme,
benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiri
sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi tinggi
atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada
korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology,
kebenaran dibuktikan berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang
non esensial atau eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara
esensial dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan
teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan
benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme
Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan
kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar apabila didukung
teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang
disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam,
sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual koheren dengan kebenaran
transenden berupa wahyu. Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual
berfungsi
Obyek Instrumentatif terdiri
dari dua hal, yaitu konfirmasi dan logika
inferensi:
1) Konfirmasi
Fungsi
ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang
atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi, postulat atau axioma
yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmi
probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam
ontologi dikenal pembuktian a priori dan a posteriori. Untuk memastikan
kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi para ahli mendasarkan pada dua
aspek: (1) Aspek Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.
2)
Logika Inferensi
Studi
logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya logika dibangun
oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga prinsip atau hukum
pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis
(Qanun Ghairiyah), dan Principium Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini
sering juga disebut dengan logika Inferensi karena kontribusi utama logika
Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam
perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika
tradisional. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan
mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat
perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf. Para
filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat khusus
dalam beberapa disiplinilmu.
Filsafat dan
ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan antara
kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling
mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi
disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu membandingkan
antara filsafat dan ilmu, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun titik temu
antara keduanya.
Kegiatan
manusia dapat diartikan dalam prosesnya dan juga dalam hasilnya. Dilihat dari
hasilnya,filsafat dan ilmu merupakan hasil dari pada berpikir manusia secara
sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan
suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan ), dengan menggunakan
metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
2.
Tujuan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang
membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis
yang harus dikembangkan para ilmuan secara umum mengandung tujuan-tujuan
sebagai berikut:
1)
Filsafat ilmu
sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya, seorang ilmuwan harus memiliki sifat kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
solipsistik (menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar)
2)
Filsafat ilmu
merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asuumsi dan metode keilmuan.
Sebab kecenderungan yang terjadi dikalangan para ilmuan moderen adalah
menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan
itu sendiri. Suatu sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode
ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan
sebaliknya. Metode hanya sarana berfikir, bukan merupakan hakikat ilmu.
3)
Filsafat ilmu
memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang
dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan
penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode tersebut, pembahasan
mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
3.
Filsafat
Ilmu Pendidikan
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan
kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya
adalah proses yang satu.[4]
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana
dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education,
and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup
dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya. Dalam artinya
yang sepit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan
dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam
prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan
kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Menurut A. Chaedar Alwasilah: Filsafat Pendidikan adalah
studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari pendidikan.[5]
Al-Syaibany: Filsafat Pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang
menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan
proses pendidikan. Hal senada dikatakan Hasan Langgulung: Filsafat Pendidikan
adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya
untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan
menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.[6]
Sedang George R. Knight mengatakan: Filsafat Pendidikan tidak berbeda dengan
filsafat umum, ia merupakan filsafat umum yang diterapkan pada pendidikan
sebagai sebuah filsafat spesifik dari usaha serius manusia.[7]
Sementara Imam Barnadib mengatakan: Filsafat Pendidikan adalah ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan
pendidikan.[8] Berdasar pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat
pendidikan adalah ilmu yang membahas pendidikan secara filosofi, atau ilmu yang
membahas secara filosofi mengenai pendidikan.
4.
Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
a. Peranan Filsafat Pendidikan
Tidak dapat dinafikan setiap ilmu yang telah lahir di muka
bumi tentulah memiliki arti dan fungsi bagi kehidupan manusia. Begitu pula
filsafat pendidikan suatu ilmu yang memiliki peranan dan fungsi dalam kehidupan
khususnya kehidupan dunia pendidikan.
Menurut Jalaluddin & Abdullah Idi peran filsafat pendidikan: 1) Landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan; 2) Pemberi arah dan pedoman bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.[9]
Menurut Jalaluddin & Abdullah Idi peran filsafat pendidikan: 1) Landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan; 2) Pemberi arah dan pedoman bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.[9]
Filsafat Pendidikan memiliki peranan yang penting karena
filsafat pendidikan menjadi landasan filosofis dan pemberi arah untuk
usaha-usaha perbaikan, kemajuan dan tetap eksisnya pendidikan. Tanpa landasan
dan arahan, penyelenggaraan pendidikan sangat sulit untuk mencapai tujuan
pendidikan yang direncanakan. Landasan yang kuat sangat dperlukan bagi para
pembangun bangunan pendidikan selanjutnya agar bangunannya menjadi kokoh dan
eksis selamanya.
b. Fungsi Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan di samping memiliki peranan yang
strategis, juga memiliki fungsi yang penting dalam dunia pendidikan, dunia yang
mampu merubah karakter manusia, dan mendewasakan manusia, serta dunia yang
memanusiakan manusia.
Fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut: 1) Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, sifat dan hakikat manusia serta pendidikan, dan isi moral (sistem) nilai pendidikan; 2) Merumuskan teori, bentuk, dan sistem pendidikan, mencakup kepemimpinan, pendidikan, politik pendidikan, bahan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, pola-pola akulturasi serta peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara; 3) Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat pendidikan, teori pendidikan dan kebudayaan.[10]
Fungsi filsafat pendidikan sebagai berikut: 1) Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, sifat dan hakikat manusia serta pendidikan, dan isi moral (sistem) nilai pendidikan; 2) Merumuskan teori, bentuk, dan sistem pendidikan, mencakup kepemimpinan, pendidikan, politik pendidikan, bahan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, pola-pola akulturasi serta peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara; 3) Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat pendidikan, teori pendidikan dan kebudayaan.[10]
Filsafat pendidikan memiliki fungsi merumuskan dasar dan
tujuan pendidikan, merumuskan teori, bentuk dan sistem pendidikan serta
merumuskan hubungannya dengan agama dan kebudayaan. Fungsi filsafat pendidikan
sangat strategis karena merumuskan masalah-masalah mendasar yang berkait dengan
dunia pendidikan dan hubungannya dengan pembangunan bangsa dan negara. Dasar
dan tujuan pendidikan yang jelas akan memudahkan dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan dapat menjadi parameter akan tercapai tidaknya apa yang dicita-citakan.
5.
Hubungan Filsafat Ilmu dengan Pendidikan.
Pada dasarnya filsafat dengan ilmu pendidikan merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang
saling keterkaitan. Didalam pendidikan terkadang ditemukan
persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawabdengan menggunakan analisa
ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam,
yaitu analisa filsafat. Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah
kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya,
antara lain:
1) Masalah
kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan
itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup
manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan
kehidupan manusia.Apakah pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian
manusia, apakah potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau
faktor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak
yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan
pendidikan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
2) Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau
untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan
manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini,
ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal
Masalah-masalah tersebut merupakan sebagian dari
contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan
usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat.
Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut analisa filsafat menggunakan berbagai
macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Diantara pendekatan
(approach) yang digunakan antara lain:
1) Pendekatan
secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif, berarti
memikirkan, mempertimbangkan, juga membeyangkan dan menggambarkan.
2) Pendekatan
normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung
tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
3) Pendekatan
analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu
objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda
mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecendrungan
masing-masing.
Analisa ilmiah terhadap realitas
kehidupan sekarang yang actual (scientific analysis of current life )
penedekatan sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang actual, yang
menjadi problem masa kini, dengan menggunakan metode ilmiah dapat di
diskripsikan dan kemudian di pahami permasalan-permasalahan yang hidup dan
berkembang dalam masayrakat dan dalam proses pendidikan serta
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
C.
KESIMPULAN
Filsafat ilmu pada
prinsipnya memiliki dua obyek substantif (Fakta
dan Kebenaran) dan dua obyek instrumentatif (Konfirmasi dan Logika
Inferensi).Filsafat merupakan induk dari segala ilmu, sehingga filsafat dan
pendidikan itu saling berhubungan, karena
filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan adanya
kebenaran dalam memecahkan permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah
salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti
kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya
kepribadian muslim.
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang membahas pendidikan
secara filosofi, atau ilmu yang membahas secara filosofi mengenai pendidikan.Jadi
filsafat dan pendidikan ini saling berhubungan. Keduanya menjadi
arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.Masalah pendidikan adalah merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada
hakikatnya adalah proses yang satu.
.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar, 2008, Filsafat Bahasa dan Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 101
Barnadib, Imam, 1987. Filsafat Pendidikan: Sistem dan
Metode, Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta, hal 14
Jalaluddin &
Abdullah Idi, 2007, Filsafat
Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal 19
Knight, George R.
2007, Filsafat Pendidikan.
Penerjemah Mahmud Arif, Yogyakarta: Gama Media, hal 21
Mustofa, 2004, Filsafat Islam, Bandung:
Pustaka Setia, hlm. 9
Rizal Mustansyir, Misnal Munir, 2013, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, hal. 49
Ruper c
lodge, 1974, philoshopy of education, New York :Harer & Brother, hal 23
Yusuf
Qardhawi, 1998, Al-Qur’an
Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: IKAPI, hal. 88
[2]Rizal
Mustansyir, Misnal Munir, 2013, Filsafat
Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, hal. 49
[3]
Yusuf Qardhawi, 1998, Al-Qur’an
Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: IKAPI, hal. 88
[6]Jalaluddin & Abdullah Idi, 2007, Filsafat Pendidikan, Manusia,
Filsafat, dan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hal 19
[7]Knight, George R. 2007, Filsafat
Pendidikan. Penerjemah Mahmud Arif, Yogyakarta: Gama Media, hal 21
[8]Barnadib, Imam, 1987. Filsafat
Pendidikan: Sistem dan Metode, Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta, hal 14
Langganan:
Postingan (Atom)