Minggu, 29 November 2015

ISU-ISU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIP AL-QURAN DAN HADITS (ISU-ISU ILMU PENGETAHUAN)

PENDAHULUAN

Puji  syukur  selalu kita panjatkan kepada Ilahi Robbi yang telah memberikan kita beribu ribu ni’mat hingga kita tak kan bisa menghitungnya, Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan  kepada Rasulullah SAW. yang  telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Ada saja orang yang mengatakan kembali ke Islam artinya kembali ke jaman onta. Ada juga yang mengatakan jika kembali ke Islam kita akan mundur beberapa ratus tahun ke belakang. Seolah-olah jika kita menjalankan aturan Islam secara kaffah harus meninggalkan semua teknologi yang kita miliki. Tentu saja pendapat tersebut keliru.
Al-Qur’an telah merambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah suatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan keagungan alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah dan al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa manusia terhadap Allah melalui ciptaannya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan al-Qur’an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah SWT, lewat ciptaannya.
Oleh karena itu pemakalah akan membahas mengenai isu-isu ilmu pengetahuan dalam persepektif al-qur’an dan hadits. Semoga pembahasan ini akan membuka sekaligus menambah wawasan keilmuan kita bersama.











ISU-ISU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIP AL-QURAN DAN HADITS
(ISU-ISU ILMU PENGETAHUAN)
1.  Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan baik secara khusus ilmu agama maupun ilmu pengetahuan secara umum merupakan bagian dari ciri khas manusia. tidak ada makhluk di jagad raya ini selain manusia yang diberi ilmu dan yang mampu mengembangkannya[1]. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[2] Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Kata ‘Ilm sendiri dalam Al-Qur’an dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan.[3] Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam telah memberikan landasan yang kuat bagi umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an dan sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam Qur’an Surah Al-Alaq 96 : 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ 
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al-Alaq 96 : 1-5)
Kata iqra’  yang terdapat pada ayat tersebut terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak tertulis. Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah cirri-ciri sesuatu : bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis.[4]
Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an), masalah ilmu pengetahuan merupakan pangkal perintah Allah kepada manusia. Perintah membaca merupakan kunci mencari dan mengulas ilmu pengetahuan itu, “membaca” apakah yang hendak dibaca tanpa ada sesuatu yang tersurat? Dan ini merangsang manusia untuk giat menulis, meneliti, mengobservasi, menganalisis, dan kemudian merumuskannya sebagai teori ilmu, membacapun tak dapat jalan tanpa memiliki pengetahuan membaca dan ketrampilan bahasa dan pandai menulis adalah rangkaian dari sarana dalam rangka menimba ilmu pengetahuan itu.[5]
Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar menyatakan betapa tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi Allah maupun disisi manusia.
Al-Qura’an merupakan kitab suci yang berisi tentang petunjuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, supaya ilmu pengetahuan yang ada didalam Al-Quran itu bisa di kembangkan untuk kepentingan manusia dan sekitarnya. Ilmu pengetahuan penting dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammad banyak memperingatkan umat Islam akan hakikat ini menerusi banyak hadisnya. Di antaranya: "Menuntut ilmu itu wajib ke atas setiap umat Islam (lelaki dan perempuan)".
Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan penguasa di bumi dengan tugas, kewajiban serta tanggung jawabnya, dia harus melalukan pengelolaan yang baik untuk itu ia harus mengetahui dan memahami benar-benar sifat dan kelakuan alam sekitarnya yang harus dikelolanya itu, baik yang tak bernyawa maupun yang hidup beserta masyarakatnya, pengetahuan dan pemahaman ini dapat diperolehnya karena manusia hidup di dalam, dan dapat menginderakan alam fisis di sekelilingnya. Dan diharapkan orang dapat memperoleh pengetahuan yang berguna baginya dalam menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi.
Dalam abad-abad yang lalu umat Islam hanya dapat meraba serta menerka saja jawabannya, maka kita yang hidup dalam abad ke-20 ini telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana teknologi propulsi roket dan pengendalian elektronik yang canggih telah berhasil melontarkan manusia sampai ke permukaan bulan dan mengembalikannya ke bumi serta mengirimkan pesawat antariksa yang masing-masing mempunyai misi tertentu ke planet dalam tata surya kita.[6]
Di kalangan masyarakat awam, kita akan menemukan bermacam-macam pengetahuan dan kepercayaan. Burung hantu yang berteriak di malam hari ada yang mempercayai sebagai pertanda munculnya malapetaka, pelangi dianggap tangga bidadari yang sedang turun mandi. Orang yang mempunyai ilmu, sehingga tidak mempan di tembak dengan peluru / pedang dan masih banyak lagi penjelasan kepercayaan yang kita temukan dalam masyarakat.
Berdasarkan pada hal-hal yang kita sebutkan di atas maka pengetahuan manusia dapat digolongkan atas 4 jenis pengetahuan.
1.      Pengetahuan takhayul / mitos
Mitos adalah suatu penjelasan atas fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya didengar dan dipercaya begitu saja. Ada juga yang disebut legenda yaitu ceritera rakyat yang berdasarkan mitos. Contohnya: pada zaman dahulu orang percaya bahwa pelangi dianggap tangga bidadari yang sedang turun mandi, bunyi burung hantu dianggap pertanda munculnya bencana, kaisar Jepang adalah keturunan dewa matahari.
2.      Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah (penelitian) dengan pengamatan panca indra dan penalaran akal budi yang disusun secara sistematika untuk menjelaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang panca indra dan pikiran manusia. Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda mati, kemudian manusia menjelaskan fakta itu / memberi tafsiran pada fakta objektif yang tidak dapat dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda padat yang tercelup dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang dipindahkannya.
3.      Pengetahuan supernatural
Pengetahuan supernatural adalah pengetahuan yang tidak termasuk pada takhayul dan pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta pengetahuan supernatural tidak dapat dijangkau dengan panca indra maupun akal budi, sifatnya transrasional (di luar jangkauan akal budi). Karena itu pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi dan bukan objek pengetahuan ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi dengan iman, believe it or not yang sifatnya sangat pribadi dan menyangkut hak-hak azasi manusia.
4.      Pengetahuan ilmiah semu (pseudo science)
Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah tetapi dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang bersifat supernatural. Bangsa Babilonia kira-kira 2500 SM, dalam menyembuhkan penyakit disamping obat juga menggunakan mantra. Bangsa babilonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan memberikan nama pada rasi bintang menurut nama-nama binatang seperti Leo, Scorpio, Pisces, dan sebagainya. Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan kepercayaan ramalan ramalan nasib disebut astrologi. Astrologi bukan pengetahuan ilmiah melainkan pseudo science.[7]

Berdasarkan penjelasan tentang jenis pengetahuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: pada dasarnya ilmu pengetahuan merupakan hasil pola fikir manusia baik yang menggunakan metodologi ilmiah maupun muncul dari kepercayaan manusia.
Albert Einstein mengatakan “Ilmu Tanpa Agama Pincang, Agama Tanpa Ilmu Buta”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa antara agama dan ilmu sangatlah erat kaitanya karena orang yang banyak ilmunya apabila tanpa ditopang oleh agama semua ilmu tidak akan membawa kebaikan bagi umat manusia. Karena pada dasarnya, ilmu merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia.Sedangkan agama merupakan kumpulan keyakinan, kepercayaan, hukum-hukum, dan etika-etika yang bertujuan untuk menyempurnakan dan mengatur kehidupan manusia menuju kepada kebaikan di dunia dan akherat.Ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia.Sebaliknya, agama dapat membantu memberikan jawaban terhadap masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu.Agama berhubungan dengan tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman sedang ilmu diterima dengan logika dan bersifat rasional, yaitu dapat dipahami dan diterima nalar.
Jadi, bisa di katakan bahwa agama dan ilmu adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain ibarat nafas dan kehidupan, tiada kehidupan tanpa nafas demikian juga tiada nafas tanpa kehidupan keduanya mempunyai peran masing-masing, namun saling melengkapi dan saling mendukung satu dengan yang lain. Bila salah satunya tidak ada, maka tidak akan ada kehidupan.

  1. Keutamaan Orang Berilmu
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.[8] Imam As-Syafi’i mengatakan:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ , وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya:  “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka hendaknya menggunakan ilmu
Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama. Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa ilmu adalah utama.nKeutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara salah satunya mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau memang kelebihan yang dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.
Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada faktor lain diluarnya. Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena nilai eksentriknya tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk mendapatkan yang lain. Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya, artinya ia disenangi karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari luar dan juga karena nilai eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan badan disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga disenangi karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga macam hal di atas, yang tentunya lebih utama adalah yang ketiga.
Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga. Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih tinggi para malaikat dapat diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan kehormatan dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak.
Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail:
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan kepada orang lain”
Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh. Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu, menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.
Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.[9]
Al-Quran mendorong kita agar mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada didalam Al-Quran yang sesuai dengan petunjuknya ,ada beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits yang relevan dangan konteks diatas adalah (QS.Al-Mujadalah 58 : 11)
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujadalah 58 : 11)

Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya ? Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.
Banyak sekali ayat alqur’an yang menerangkan tentang pentingnya mencari ilmu. Diantaranya  QS. At-Taubah 9 : 122
$tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS. At-Taubah 9 : 122)
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada Allah SWT dan menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyariatkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Selain itu juga ayat tersebut menjelaskan atau mengisyartkan agar manusia khususnya umat islam memilukai berbagai dimensi baik dibidang ekonomi,politik,social,terutama pendidikn agama. Pengetahun tentang agama merupakan kebutuhan primer kerena bagi orang yang memperdalam ilmu agama dapat memberikan peringatan,arahan juga tuntunan bagi kaum muslimin yang lainnya
Kemudian dalam HR : Abu Nu’aim dari Ibnu Abas.
Yang artinya : “Manusia yang paling dekat kepada derajat Nubuwwat ialah ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun ahli ilmu, merekalah yang menunjukan jalan kepada manusia apa yang dibawa oleh Rosul. Dan adapun ahli jihad, merekalah yang berjuang dengan pedang-pedang mereka, membaw apa yang dibwa oleh Rosul-rosul itu “
Jadi untuk mencapai derajat yang tinggi dihadapan Allah SWT. Seseorang harus beriman yang dimanifestasikan dalam ibadah dan amaliah, juga berilmu pengtahuan alamiah dan ilmiah.
  1. Isu-Isu Ilmu Pengetahuan.
Isu merupakan kabar atau masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi.Bottom of Form Pada era globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Tetapi ilmu pengetahuan yang sudah ada saat ini pada dasarnya sudah termaktub dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu manusia diberikan akal fikiran oleh Allah SWT untuk mempelajari alqur’an. Banyak sekali ayat-ayat al-quran yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan.
Pendapat Dr. Zakir Kemal dalam perdebatan Al-qur’an dengan Injil tentang ilmu pengetahuan. Diantara pendapat-pendapat beliau sungguh mencengangkan publik, bahkan ketika beliau dengan tenang hati mampu mengalahkan lawan debatnya di beberapa diskusi keagamaan sampai bisa membuat tepuk tangan penonton, hal ini karena banyak dari argumen yang beliau gunakan sungguh bisa di terima oleh akal sehat.
Diantara pendapat itu adalah tentang keajaiban alqur’an, alqur’an yang telah turun 1400 abad yang lalu merupakan salah satu kitab yang menurut beliau adalah kitab yang sangat luar biasa, karena didalamnya terdapat fenomena yang tak sedikit fenomena itu di ketemukan pada akhir-akhir ini.
Ketika berbicara tentang astronomi misalnya, sebuah teori yang sangat terkenal teori Big Bang teori dimana bumi terbentuk sebuah ledakan besar, dan kemudian ledakan besar itu terpecah menjadi sebuah galaksi, planet, rembulan, bintang dan benda luar angkasa lainnya, jauh-jauh hari kejadian ini sudah din ash oleh Q.S Al Anbiyaa : 30 Artinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Sebuah kebenaran menarik ini sungguh sangat mencengangkan, bagaimana kitab yang turun lebih dari 1400 abad yang lalu itu mampu menggambarkan sebuah kejadian yang teorinya baru di temukan pada akhir-akhir ini.
Pada zaman dahulu orang percaya bahwa bentuk bumi itu datar, dan bukan bulat, tapi keyakinan itu mulai sirna, setelah orang kewarganegaraan prancis Sir Francis Drake meneliti hal itu, dan berkesimpulan bahwa bentuk bumi itu bulat, pada tahun 1597, tapi justru alqur’an jauh sebelum Sir Francis Drake menemukan hal itu kitab itu sudah mencantumkan hal itu, seperti dalam Q.S Az-Zumar ayat 5 Artinya : Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.[10]
Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu tempat yang bulat secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata menimpa atau menindih
Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan bumi bulat adanya. Dan masih banyak lagi ilmu-ilmu pengetahuan yang ada di belahan bumi ini pada dasarnya sudah termaktub dalam Al-Quran. Terakhir menurut beliau bagaimanapun alqur’an bukan buku saintis , tetapi alqur’an adalah sebuah buku signs atau tanda-tanda yang senantiasa menganjurkan kepada manusia untuk senantiasa serasi dengan kehidupan di dunia, dan sekaligus alqur’an sebagai sebuah bukti nyata bahwa Allah itu benar-benar ada.








KESIMPULAN
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Al-Qura’an merupakan kitab suci yang berisi tentang petunjuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, supaya ilmu pengetahuan yang ada didalam Al-Quran itu bisa di kembangkan untuk kepentingan manusia dan sekitarnya.
Ditinjau dari pengetahuan, pada dasarnya pengetahuan manusia dapat digolongkan menjadi 4 jeis pengetahuan, yaitu “
Ø  Pengetahuan takhayul
Ø  Pengetahuan ilmiah
Ø  Pengetahuan supernatural
Ø  Pengetahuan ilmiah semu.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan, kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.









DAFTAR PUSTAKA



Al-Mawardi, 1985, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra

Baiquni, Achmad, 1994, Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Dana Bakti Primayasa,Yogyakarta

Kaelany, 2000, Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Bumi Aksara, Jakrta

Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, 2007, Ensiklopedi Fiqih, Kairo: Dar As-Shofwah, juz. 30

Khon, Abdul Majid, 2012, Hadis Tarbawi (Hadis-Hadis Pendiikan), Jakarta, Kencana

Nizar, Samsul, 2010, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia

Shihab, Quraish, 2013, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan

Suyitno, Amin, 2002, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang, Universitas Negeri Semarang

Youtube Al Qur'an vs Injil (Dr. William Campbell & Dr. Zakir Naik)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses pada 09 Desember 2014, pukul 10.50






[1] Abdul Majid Khon, 2012, Hadis Tarbawi (Hadis-Hadis Pendiikan), Jakarta, Kencana, hal 125
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses pada 09 Desember 2014, pukul 10.50
[3] Quraish Shihab, 2013, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, hal. 571
[4] Samsul Nizar, 2010, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, hal. 108
[5] Kaelany, 2000, Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Bumi Aksara, Jakrta, hal. 225.
[6] Achmad Baiquni, 1994, Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Dana Bakti Primayasa,Yogyakarta. Hal. 68
[7] Amin Suyitno, 2002, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang, Universitas Negeri Semarang. Hal. 3-7
[8] Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, 2007, Ensiklopedi Fiqih, Kairo: Dar As-Shofwah, juz. 30 hlm. 291
[9] Al-Mawardi, 1985, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’, hlm. 37
[10] Youtube Al Qur'an vs Injil (Dr. William Campbell & Dr. Zakir Naik)

1 komentar:

  1. Baccarat - Why I Love the Rules!
    Learn the basics of Baccarat by reading the rules of the game The objective of the game is to 샌즈카지노 get rid of the cards you keep 메리트 카지노 고객센터 in your hand. 바카라사이트

    BalasHapus